Sejarah Singkat Wayang dan Jenis Wayang

sumber : youtube.com


Wayang  berasal dari kata bahasa jawa yaitu wayang, wewayang, yang berarti bayangan. Hal ini karena pada penciptaannya wayang merupakan suatu seni yang merupakan gambaran atau bayangan dari manusia itu sendiri, serta hal ini mengacu pada awal pementasannya, pagelaran seni wayang kulit tidak seperti saat ini yakni disaksikan dari depan kelir, namun pada awal kemunculannya pagelaran wayang kulit disaksikan dari belakang kelir dan yang kita saksikan adalah bayangan (wewayangan) dari wayang kulit itu sendiri. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Ki Bagong Darmono (dalang asal Delanggu, Klaten) yang penulis sempat wawancarai pada tanggal 6 Juni 2016 lalu.
Diungkapkan oleh ki Bagong Darmono, bahwa wayang yang asli dari tanah jawa bentuknya tidak seperti wayang yang kita kenal saat ini. Pada awalnya, wayang benar – benar berwujud menyerupai manusia dengan bentuk wajah dan bentuk tubuh serupa dengan manusia. Namun dalam perkembangannya, yakni pasca hadirnya walisanga, khususnya sunan kalijaga, yang menjadi bapak perubahan wayang yang berada di tanah Jawa. Dimana beliau merubah wayang agar tidak menyerupai bentuk manusia, karena menurut ajaran agama Islam, membuat gambar yang menyerupai makhluk yang bernyawa dan berjiwa (manusia dan hewan) adalah dosa.
Menurut Ki Bagong, wayang kulit yang kita kenal saat ini adalah sebuah mahakarya dari pujangga jawa yang tiada tandingannya. Dikatakan demikian karena, menurut beliau, Sunan Kalijaga mampu membuat sebuah seni yang dapat dikatakan luar biasa, karena bentuk dari wayang kulit saat ini bila dikatakan mirip dengan manusia maka tidak menyerupai manusia, maupun hewan. Sebagai contohnya, wayang kulit sebagian besar tokohnya digambarkan memiliki mata satu dan bentuk mata tersebut berbeda dengan bentuk mata manusia maupun hewan. Bentuk tubuh, seperti tangan yang dibuat panjang hampir sejajar dengan kaki, dan bentuk jari tangan maupun jari kaki yang berbeda dengan manusia maupun hewan, dan masih banyak yang lainnya.
 Meskipun tokoh - tokoh wayang kulit yang ada pada saat ini adalah berasal dari tokoh kitab epos ramayana dan mahabarata, namun jalan ceritanya ada yang dirubah sehingga tidak menyimpang dari adat ketimuran. Sebagai contoh, dalam versi sebenarnya (versi kitab Mahabarata dari India), tokoh Dewi Drupadi merupakan istri dari lima orang putra Pandu (Pandawa), namun dalam pewayangan Jawa, Dewi Drupadi hanya menjadi istri dari Puntadewa, putra pertama dari Pandawa. Dan juga pemasukan tokoh – tokoh rekaan (buatan, yang tidak ada di kitab ramayana dan mahabarata), seperti tokoh Punakawan (Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong), Raden Antareja dan Raden Antasena (putra Raden Bima), membuat cerita wayang di tanah Jawa menjadi suatu cerita yang sangat berbeda dari kisah aslinya.
Perombakan yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjadikan wayang kulit sebagai sarana dakwah Islam. Dimana pada zaman itu, strategi yang digunakan untuk bisa menonton pertunjukan wayang, maka syaratnya adalah dengan membayar tiket, yakni mengucapkan kalimat syahadat. Dan Lakon yang digunakan dalam berdakwah yang syarat akan nilai – nilai Islam antara lain adalah lakon Petruk Dadi Ratu, dan Bima Suci atau Dewa Ruci. Dengan menggunakan media wayang kulit ini, maka hal ini membuktikan sekali lagi bahwa penyebaran agama Islam di tanah Nusantara tidak menggunakan media kekerasan atau peperangan dan paksaan, melainkan dengan cara yang damai.
Selain wayang kulit (wayang yang media pembuatannya adalah dari kulit domba, sapi atau kerbau), ada juga wayang golek yaitu wayang yang terbuat dari kayu berasal dari tanah Sunda, ada juga wayang Beber, wayang wong (wayang orang), wayang suket, dan lain sebagainya. 
wayang golek (sumber : eksisbanget.com)
wayang wong (sumber : wikipedia)
wayang beber (sumber : budaya-indonesia.org

wayang suket (sumber : archive kaskus)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Unsur - Unsur Pementasan Wayang Kulit

Petuah Jawa

Sekilas Tentang Puntadewa